Apakah kita mengenal Allah?

Apakah kita mengenal Allah Subhanahu Wa Ta'ala?

Perlu diketahui, mengenal Allah sang maha pencipta alam semesta  dengan benar merupakan sumber kebahagian, kedamaian, ketentraman hidup di dunia maupun di akherat (kehidupan setelah kematian). 

Orang yang tidak mengenal Allah, niscaya kehidupan seseorang   akan merasa gelisah,hatinya selalu diliputi rasa takut, ia tidak akan mengenal kemaslahatan dirinya. Maka kita sangat perlu mengenal Allah dengan benar.

Kemudian dari hadits Rasullulah Shallallahu ‘Alaihi wa sallam, mengatakan bahwa di antara makhluk Allah yang paling mengetahui tentang Allah adalah Rasullulah Saw.  Hendaknya kita merenungi alam semesta ini, yang terdapat tanda-tanda kebesaran Allah, meliputi yang terdapat di langit dan di bumi, keagungan Arsy ﷲ, sehingga kita dapat mengenal tuhan kita, melalui Al-Quran, Hadits, dan tanda-tanda alam semesta ini.

ASMA ALLAH YANG PALING AGUNG
Para ulama kalangan umat islam banyak menyatakan bahwa lafzhul jalaalah “Allah” merupakan asma Allah yang paling Agung, dari 99 nama-nama indah (Asmaul Husnah)  yang Allah miliki nama “Allah” lah yang paling agung. Ketika Allah dipanggil dengan asma itu pasti di meresponnya, dan ketika memohon dengan asma itu pasti dikabulkan. Oleh karena itu, lafzhul jalaalah (ﷲ) merupakan asma Allah yang berulang-ulang disebutkan dalam Al-Quran, sekitar seribu kali; Allah merupakan asma yang mengabulkan segala perimintaan, menganugrahkan rahmat, dan Allah merupakan asma yang menciptakan langit dan bumi.

AL-QUR’ANUL KARIM  (KALAMULLAH)
Apabila anda memperhatikan ayat-ayat yang terdapat pada Al-Quran niscaya anda akan mendapatkan bahwa seluruh ayat Al-Quran berbicara tentang iman; Al-Quran berbicara tentang Allah, Zat-nya, Asma-asmanya dan sifat-sifatnya, perintah & Larangannya. Yang mana maksud tersebut merupakan bagian dari keharusan beriman, Al-Qur’an berbicara tentang orang-orang yang beriman dan apa yang mereka persiapkan untuk kepenting dunia dan akherat, atau berbicara tentang orang-orang kafir yang menentang jalan keimanan serta tidak percaya dengan keberadaan Allah, maka ia akan mendapatkan hukuman kelak diakhirat karena kekafirannya terhadap peringatan-peringatan Allah, hal tersebut merupakan balasan bagi orang yang tidak mau beriman. 

Kitab suci Al-Quran berbicara kepada kita tetang Allah dan permasalahan keimanan (keyakinan), karena Al-Quran adalah kalamullah (kalam Allah) yang diturunkan oleh Allah, ditunjukan untuk memberikan petujuk kepada seluruh umat manusia. Mereka merujuk kepada Al-Quran untuk mengenal Allah SWT. Dengan segala kemampuan dan keterbaatasan yang dimilikinya, kadangkala ada seseorang yang tidak pandai membaca dan menulis mengambil pelajran dari Al-Quran sesuai dengan kadar iman dan cintanya kepada Allah, sementara orang yang hatinya tertutup/dikunci mati oleh Allah karena kesombongannya terhadap petunjuk-petunjuknya sehingga mereka sulit untuk beriman, maka mereka tidak akan diberi hidayah oleh Allah dan tidak dapat mengambil pelajaran apapun dari Al-Quran. Dan inilah termasuk orang yang disesatkan oleh Allah, Sungguh merugilah orang seperti ini. 

Betapa indahnya, jika kita dapat mengenal Allah melalui kalaam-nya yang dapat mengetuk hati nurani. 

FAEDAH TERBESAR MENGENAL ALLAH DARI AL-QURAN DAN AS-SUNNAH RASULLULAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM

1. Pertama, Orang Yang Mengenal Allah Merasa Takut Kepada-Nya
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya yang merasa takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya adalah orang-orang yang berilmu saja.” (QS. Fathir: 28)

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “…Ibnu Mas’ud pernah mengatakan, ‘Cukuplah rasa takut kepada Allah sebagai bukti keilmuan.’ Kurangnya rasa takut kepada Allah itu muncul akibat kurangnya pengenalan/ma’rifah yang dimiliki seorang hamba kepada-Nya. Oleh sebab itu, orang yang paling mengenal Allah ialah yang paling takut kepada Allah di antara mereka. Barangsiapa yang mengenal Allah, niscaya akan menebal rasa malu kepada-Nya, semakin dalam rasa takut kepada-Nya, dan semakin kuat cinta kepada-Nya. Semakin pengenalan itu bertambah, maka semakin bertambah pula rasa malu, takut dan cinta tersebut….” (Thariq al-Hijratain, dinukil dari adh-Dhau’ al-Munir ‘ala at-Tafsir [5/97])

2. Kedua, Orang Yang Mengenal Allah meng-ikhlas Beribadah Kepada-Nya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya setiap amal itu dinilai berdasarkan niatnya. Dan setiap orang hanya akan meraih balasan sebatas apa yang dia niatkan. Maka barangsiapa yang hijrahnya [Ikhlas] karena Allah dan Rasul-Nya niscaya hijrahnya itu akan sampai kepada Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa yang hijrahnya karena [perkara] dunia yang ingin dia gapai atau perempuan yang ingin dia nikahi, itu artinya hijrahnya akan dibalas sebatas apa yang dia inginkan saja.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada rupa kalian, tidak juga harta kalian. Akan tetapi yang dipandang adalah hati dan amal kalian.” (HR. Muslim). 

Ibnu Mubarak rahimahullah mengingatkan, “Betapa banyak amalan kecil yang menjadi besar karena niat. Dan betapa banyak amalan besar menjadi kecil gara-gara niat.” (Jami’ al-’Ulum wal Hikam oleh Ibnu Rajab).

3. Ketiga;  Orang Yang Mengenal Allah Selalu mengingat Akhirat
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, maka akan Kami sempurnakan baginya balasan amalnya di sana dan mereka tak sedikitpun dirugikan. Mereka itulah orang-orang yang tidak mendapatkan apa-apa di akherat kecuali neraka dan lenyaplah apa yang mereka perbuat serta sia-sia apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Huud: 15-16)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bersegeralah dalam melakukan amal-amal, sebelum datangnya fitnah-fitnah (ujian dan malapetaka) bagaikan potongan-potongan malam yang gelap gulita, sehingga membuat seorang yang di pagi hari beriman namun di sore harinya menjadi kafir, atau sore harinya beriman namun di pagi harinya menjadi kafir, dia menjual agamanya demi mendapatkan kesenangan duniawi semata.” (HR. Muslim)

4. Keempat, Orang Yang Mengenal Allah Akan Merasakan Manisnya Iman
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada tiga perkara, barangsiapa memilikinya maka dia akan merasakan manisnya iman…” Di antaranya, “Allah dan rasul-Nya lebih dicintainya daripada segala sesuatu selain keduanya.” (HR. Bukhari dan Muslim). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Akan bisa merasakan lezatnya iman orang-orang yang ridha kepada Rabbnya, ridha Islam sebagai agamanya, dan Muhammad sebagai rasul.” (HR. Muslim).

5. Kelima, Orang Yang Mengenal Allah Tidak Tertipu Oleh Harta
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bukanlah kekayaan itu dengan banyaknya perbendaharaan dunia. Akan tetapi kekayaan yang sebenarnya adalah rasa cukup di dalam hati.” (HR. Bukhari). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seandainya anak Adam itu memiliki dua lembah emas niscaya dia akan mencari yang ketiga. Dan tidak akan mengenyangkan rongga/perut anak Adam selain tanah. Dan Allah akan menerima taubat siapa pun yang mau bertaubat.” (HR. Bukhari)

6. Keenam, Orang Yang Mengenal Allah Mengawasi Gerak-Gerik Hatinya
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “..Begitu pula hati yang telah disibukkan dengan kecintaan kepada selain Allah, keinginan terhadapnya, rindu dan merasa tentram dengannya, maka tidak akan mungkin baginya untuk disibukkan dengan kecintaan kepada Allah, keinginan, rasa cinta dan kerinduan untuk bertemu dengan-Nya kecuali dengan mengosongkan hati tersebut dari ketergantungan terhadap selain-Nya. Lisan juga tidak akan mungkin digerakkan untuk mengingat-Nya dan anggota badan pun tidak akan bisa tunduk berkhidmat kepada-Nya kecuali apabila ia dibersihkan dari mengingat dan berkhidmat kepada selain-Nya. Apabila hati telah terpenuhi dengan kesibukan dengan makhluk atau ilmu-ilmu yang tidak bermanfaat maka tidak akan tersisa lagi padanya ruang untuk menyibukkan diri dengan Allah serta mengenal nama-nama, sifat-sifat dan hukum-hukum-Nya…” (al-Fawa’id, hal. 31-32)

7. Ketujuh, Orang Yang Mengenal Allah Mencurigai Dirinya Sendiri
Ibnu Abi Mulaikah -salah seorang tabi’in- berkata, “Aku telah bertemu dengan tiga puluhan orang Sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sedangkan mereka semua merasa sangat takut kalau-kalau dirinya tertimpa kemunafikan.” (HR. Bukhari secara mu’allaq).

Suatu ketika, ada seseorang yang berkata kepada asy-Sya’bi, “Wahai sang alim/ahli ilmu.” Maka beliau menjawab, “Kami ini bukan ulama. Sebenarnya orang yang alim itu adalah orang yang senantiasa merasa takut kepada Allah.” (dinukil dari adh-Dhau’ al-Munir ‘ala at-Tafsir [5/98])

Demikian, semoga dapat mendatangkan hidayah dan taufik dari Allah. Mohon maaf jika terjadi kesalahan dalam penyampaian. Wassalamu’Alaikum Warahmatullahi Wabbarakatuh.

Referensi: Muslim.or.id


Top