Ma’rifatullah Mengenal Allah Subhanahu Wa Ta'ala

Ma’rifatullah Mengenal Allah Subhanahu Wa Ta'ala

Ma’rifatullah mengenal Allah dengan benar merupakan sumber ketentraman hidup di dunia maupun di akherat. Kita wajib meyakini bahwa Allah Pencipta seluruh makhluk benar-benar ada, walaupun kita tidak pernah bertemu, melihat, mendengar secara langsung.Dialah satu-satunya tuhan semesta alam yang berhak disembah, sebagaimana dalam firmannya:

QS Ali-Imran 2 [18]
Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.[Qs.Ali-Imran:18]
Dialah Allah, yang menciptakan Alam semesta ini, langit, bumi beserta isinya Allah lah yang menciptakan semuanya. Adapun sifat Allah, dia tidak serupa dengan semua ciptaan baik bentuknya maupun sifatnya. 

Quran Surat As-Syura Surat ke 42 [ayat 11]
(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.[QS As-Syura 42 / 11]

Mengenal Allah Subhanahu Wa Ta'ala mencakup 4 bagian yaitu :
1. Mengenal keberadaan Allah.
2. Mengenal keesaan rububiyah Allah (Hanya Allah yang mencipta)
3. Mengenal keesaan uluhiyah Allah (hak Allah untuk diibadahi)
4. Mengenal nama-nama dan sifat-sifat Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Keempat bagian ini merupakan satu kesatuan, tidak boleh dipisah-pisahkan. Berikut penjelasannya:

1. MENGENAL ADANYA ALLAH SUBHANAHU WA TA'ALA
Banyak sekali dalil-dalil yang menunjukkan adanya Allah Swt. Diantaranya:
Quran Surat Ath-Thur 52 / [35]
Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun (yakni tanpa Pencipta), ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)? [QS Ath-Thur 52 / 35]
Maksudnya, keadaan manusia atau makhluk yang sudah ada ini tidak lepas dari salah satu dari tiga keadaan :

a. Mereka ada tanpa Pencipta. Ini tidak mungkin. Tidak ada akal sehat yang bisa menerima bahwa sesuatu itu ada tanpa ada yang membuatnya.

b. Mereka menciptakan diri mereka sendiri. Ini lebih tidak mungkin lagi. Karena bagaimana mungkin sesuatu yang awalnya tidak ada menciptakan sesuatu yang ada.

c. Inilah yang haq, yaitu Allâh Azza wa Jalla yang telah menciptakan mereka, Dialah Sang Pencipta, Penguasa, tidak ada sekutu bagi-Nya.


Seorang Arab Baduwi ditanya, “Apakah bukti tentang adanya Allah Azza wa Jalla?” Dia menjawab, “Subhânallah (Maha Suci Allah)! Sesungguhnya kotoran onta menunjukkan adanya onta, bekas telapak kaki menunjukkan adanya perjalanan! Maka langit yang memiliki bintang-bintang, bumi yang memiliki jalan-jalan, lautan yang memiliki ombak-ombak, tidakkah hal itu menunjukkan adanya al-Lathif (Allah Yang Maha Baik) al-Khabîr (Maha Mengetahui).”

Imam Ahmad rahimahullah ditanya tentang hal ini, beliau menjawab, “Ada sebuah benteng yang kokoh, halus, tidak ada pintu dan jendela. Luarnya seperti perak putih, dalamnya seperti emas murni. Ketika dalam keadaan demikian, tiba-tiba temboknya terbelah, lalu keluarlah darinya seekor binatang yang dapat mendengar dan melihat, memiliki bentuk yang indah dan suara yang merdu.” 

Yang dimaksudkan oleh Imam Ahmad adalah seekor ayam yang keluar dari telurnya. [Tafsîr Ibnu Katsîr, surat al-Baqarah, ayat ke-21]

2. MENGENAL KEESAAN RUBUBIYAH ALLAH SUBHANAHU WA TA'ALA 
Kita wajib meyakini keesaan rububiyah Allah, yaitu bahwa hanya Allah yang mencipta, memiliki, menguasai, dan mengatur seluruh makhluk. Hanya Allah Azza wa Jalla yang menghidupkan, mematikan, memberi rizqi, mendatangkan kebaikan, mendatangkan bencana. Tidak ada sekutu bagi Allah Azza wa Jalla dalam seluruh perkara di atas, baik malaikat, nabi, wali, jin, ruh, atau lainnya.


Rububiyah (mencipta, memiliki, dan mengatur/menguasai) seluruh alam semesta ini hanyalah bagi Allah semata. Allah Azza wa Jalla berfirman :

Al-Fatihah 1:2
Segala puji bagi Allah, Rabb (Pemilik, Penguasa) semesta alam. [Al-Fatihah 1:2]


Tauhid ini tidak diingkari oleh orang-orang musyrik di zaman Rasulullah, bahkan mereka mengakuinya, sebagaimana dinyatakan oleh beberapa ayat al-Qur’an. Antara lain, firman Allah Azza wa Jalla .

[Yunus/10: 31]

"Katakanlah, "Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan yang mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan" Maka mereka (orang-orang musyrik jahiliyah) menjawab, "Allah". Maka katakanlah: "Mengapa kamu tidak bertaqwa (kepada-Nya)?" [QS Yunus/10: 31]

Demikian juga Iblis mengakui hal ini, dia mengakui bahwa Allah-lah yang telah menciptakannya dari api. 

Allah berfirman, "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Iblis menjawab "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah". [Qs Al-A’raf  (7) / 12]

Oleh karena itulah, seseorang yang meyakini adanya Allah dan keesaan kekuasaan-Nya belum bisa disebut orang Islam atau orang beriman, sampai dia mengimani keesaan uluhiyah Allah, juga mengimani nama-nama dan sifat-sifat Allah, sebagaimana akan dijelaskan di bawah ini.

3. MENGENAL KEESAAN ULUHIYAH ALLAH (HAK-NYA UNTUK DIIBADAHI).

Tujuan penciptaan jin dan manusia adalah untuk beribadah kepada Allah Ta’ala semata. Seorang hamba tidak akan dapat merealisasikan tujuan tersebut, jika dia tidak mengenal Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman,
Tidaklah aku ciptakan jin dan manusia, kecuali untuk beribadah kepada-Ku.
[QS. Adz-Dzaariyaat / 51 : 56]

Kita meyakini bahwa yang berhak diibadahi hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala . Tidak boleh memberikan ibadah kepada selain Allah, walaupun kepada makhluk yang dekat kepada-Nya, seperti malaikat atau rasul Allah Azza wa Jalla . Apalagi kepada makhluk yang derajatnya di bawah mereka, seperti: manusia, jin, binatang, pohon, batu, planet, bintang, galaxy ataupun lainnya. 

Dalam hadits: Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus Mu’adz radhiyallahu ‘anhu ke Yaman, beliau bersabda kepadanya, Engkau akan mendatangi sekelompok orang dari ahli kitab. Maka hendaklah perkara yang pertama kali engkau serukan kepada mereka ialah beribadah kepada Allah. Jika mereka telah mengenal Allah …. (HR. Bukhari no.1458 dan Muslim no.31)

Dalam lafadz yang lain :

Maka serulah mereka supaya bersaksi bahwsanya tiada sesembahan yang benar selain Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah. Jika mereka telah mentaati hal itu …. (HR. Bukhari no.1395, dan Muslim no.29)

Dengan menggabungkan lafadz-lafadz hadis di atas, dapat diketahui bahwasanya ma’rifatullah (yang dalam bab ini berarti tauhid, atau dua kalimat syahadat) merupakan kewajiban pertama seorang hamba. (lihat Fathul Baari 13 / 367, Masail Ushuulud Diin hal. 49 – 86)

Tauhid inilah makna yang terkandung di dalam perkataan La ilaha illa Allah, karena maknanya adalah tidak ada yang berhak diibadahi selain Allah. Dia Azza wa Jalla berfirman :

[Qs Al-Fatihah 1:5]
Hanya Engkaulah yang kami ibadahi dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. [Qs Al-Fatihah 1:5]

Allah Azza wa Jalla juga berfirman :

???? ???????? ??????? ??????? ???????? ??????????? ??????? ??????? ? ?????? ???????? ??????????? 

Katakanlah, "Sesungguhnya yang diwahyukan kepadaku adalah,"Bahwasanya Ilahmu (yang kamu ibadahi) adalah Ilah Yang Esa, maka hendaklah kamu berserah diri (kepada-Nya)". [Qs Al-Anbiya’/ 21:108]

Tujuan dari pengenalan keesaan uluhiyah Allâh ini adalah supaya kita mencintai Allâh, tunduk kepada-Nya, takut dan berharap kepada-Nya, serta mengesakan ibadah hanya kepada-Nya.

Ibadah kepada Allâh yaitu merendahkan diri dan taat kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala dengan penuh kecintaan, pengagungan, mengharapkan rahmat, dan takut terhadap siksa. Hal itu dilakukan dengan cara melaksanakan perintah Allâh Azza wa Jalla dan menjauhi larangan-Nya. 

Ibadah akan diterima oleh Allah dengan dua syarat yaitu ikhlas dan muaba’ah. Ikhlas yaitu: mencari ridha Allah semata, sedangkan mutaba’ah, yaitu mengikuti Sunnah (ajaran) Nabi Muhammad.

Oleh karena itu orang yang meyakini keesaan hak Allah untuk diibadahi, dia akan mempersembahkan segala jenis ibadah hanya kepada-Nya semata. Di antara jenis-jenis ibadah adalah ketaatan yang mutlak dengan harap dan takut; kecintaan yang disertai ketundukan mutlak; do'a; niat di dalam beribadah (ikhlas); menyembelih binatang; takut; tawakal; dan lainnya.

4. MENGENAL NAMA-NAMA DAN SIFAT ALLAH
Yaitu mengimani dan menetapkan seluruh nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya, yang tersebut di dalam Kitab al-Qur’ân dan Sunnah yang shahih, dengan tanpa menyerupakan dengan makhluk. 

Allah Azza wa Jalla berfirman,

????????? ???????????? ??????????? ?????????? ????? ? ???????? ????????? ??????????? ??? ??????????? ? ???????????? ??? ??????? ???????????

"Hanya milik Allah asma-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asma-ul husna itu dan tinggalakanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. [Qs Al-A’râf /7: 180]

?????? ?????????? ?????? ? ?????? ?????????? ?????????? 

Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. [Qs Asy-Syura /42:11]

Inilah bagian-bagian pokok mengenal Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Semoga dapat memberi manfaat & semoga Allah selalu membimbing kita di atas jalan yang lurus. Aamiin. 


Ditulis oleh ustadz: Abu Ismail Muslim Al-Atsari
Diambil dari: www.almanhaj.or.id


Top