Bagaimana Nasib Manusia yang Lahir dalam Keluarga Non-Muslim di Akhirat kelak, Dr Zakir Naik menjawab

Bagaimanakah Nasib Manusia yang Lahir dalam Keluarga Non-Islam (Nonis)

Dr Zakir Naik Answer - Ada seorang wanita yang tidak mengenakan hijab mengajukan pertanyaan yang bagus kepada Dr. Zakir Naik? mengenai bagaimanakah Nasib seseorang di akhirat nanti, yang terlahir sebagai orang non-muslim, apakah Allah akan memasukan kedalam neraka atau mengampuninya? 

Berikut, Catatan perbincangan antara penanya wanita dengan Dr Zakir Naik, yang di tulis oleh Cahaya Islam. Semoga apa yang di jelaskan oleh Dr Zakir Naik ini memberikan hidayah bagi yang belum mendapati hidayah dari Allah SWT, dan sebagai peringatan bagi manusia di seluruh dunia. Simak baik-baik...!

Penanya Wanita: Pertanyaanku padamu adalah, dengan segala hormat kepada islam, kau berkata bahwa penyembahan berhala (Merupakan obyek berbentuk makhluk hidup atau benda yang didewakan, disembah, dipuja dan dibuat oleh tangan manusia.) perbuatan seperti ini dihukumi dosa terbesar dalam islam. Dan Allah tidak akan mengampuni orang-orang yang menyembah berhala.

Tapi bagaimana orang-orang yang terlahir dalam keluarga beragama non-Islam? Misalnya di India mayoritas populasinya adalah beragama Hindu. Dan sepanjang hidup, mereka tidak mengetahui Islam, atau seseorang tidak meng-edukasi tetang itu. 

Bagaimana keadaan dan nasib mereka? Apakah mereka tidak akan masuk surga? Apakah Allah tidak akan membiarkan orang-orang ini masuk surga? Apa salah mereka jika mereka percaya apa yang diajakan mereka sejak lahir? Apakah Allah tidak mengampuni mereka. Terimakasih

Jawaban dari Dr. Zakir Naik:
Saudari ini bertanya dengan sangat baik dan logis, jika orangtua mereka melakukan penyembahan berhala. Siapa yang salah? Bagaimana mungkin Allah menghukum mereka, ini pertanyaan yang sangat bagus.

Itulah sebabnya Rasullulah Shallalahu ‘Alaihi Wassalam bersabda “Setiap manusia terlahir dalam keadaan fitrah, setiap anak terlahir dalam keadaan muslim. Orang tuanya lah yang menjadikannya Yahudi atau Nasrani (Memeluk agama selain Islam)” [HR. Bukhari – Muslim]

Tidak peduli apakah mereka beragama Yahudi, Nasrani atau Keluarga Hindu, ataupun keluarga muslim. Seperti yang kukatakan sebelumnya bahwa Muslim adalah orang yang tunduk kepada Allah. Jadi setiap anak yang terlahir, dia tunduk kepada Allah. Di kemudian hari, dia dipengaruhi oleh orangtuanya, keluarganya, gurunya, maka mereka mulai melakukan penyembahan berhala. Sehingga dia ke jalan yang salah. 

Berkenaan dengan pertanyaan Saudari. Bagaimana Allah meminta penanggung jawaban orang tua yang terlahir dalam keluarga Non-Muslim? Itulah alasan jika seorang anak terlahir dalam keluarga non-Muslim, sebelum dia mencapai umur dewasa, lalu dia meninggal, maka Insyaallah dia akan masuk surga. Kenapa? Karena setiap anak tunduk kepada tuhan, dia seorang muslim. Dia mungkin mempunyai nama hindu atau kristen, John, Ramu, ini tidak masalah.

Selanjutnya, ketika seorang anak tumbuh menjadi orang yang sudah dewasa dan sudah akil baligh, maka ia sudah terikat dengan  tanggung jawabnya masing-masing, jadi setelah seseorang menginjakan masa dewasa (Dimana manusia dapat membedakan antara yang salah dan benar), maka itu merupakan kewajibannya untuk mencari kebenaran. Dan kewajiban kami sebagai muslim untuk menyampaikan pesan Islam kepada non-muslim, terlepas dari apakah orang itu menerima pesan Islam atau tidak (itu keputusan setiap individu). Mereka yang masih beragama Non-Islam di Akhirat tetap dimintai pertanggung jawaban (Atas agama yang mereka anut).

Allah s.w.t berfirman dalam Al-Quran “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kebesaran) kami dari segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelas bagi mereka bahwa Al-Quran itu benar...” (QS Fussilat[41]: 53) Allah sendiri yang berjanji bahwa Allah lah yang akan secara langsung menyampaikan pesannya kepada setiap manusia. Jadi seandainya seorang muslim tidak melakukan tugasnya, Allah sendiri yang secara langsung akan menaruhnya dalam hati tiap-tiap manusia. Baik muslim maupun non-muslim tentang kebenaran, satu tuhan. 

Jadi ketika pesannya datang, manusia itu mungkin mengikuti atau tidak mengikuti, dia mungkin tidak mengikuti karena berpikir “Jika aku masuk Islam, aku harus meninggalkan hal-hal yang aku sukai, aku harus berhenti minum Alkohol, berhenti berkencan dan berdansa.” Dan hal-hal lain yang haram dalam Islam. Dia tidak mau menerima pesannya, oleh karena itu dia yang bertanggung jawab. Maka ketika Allah secara langsung menempatkan pesannya dalam hati setiap manusia, tentang kebenaran, keesaan tuhan dan penyembahan berhala itu dilarang, jika ia terus melakukannya, maka ia yang bertanggung jawab.

Jadi pada hari kiamat, Allah berfirman “Bahwa tidak ada satu pun non-Muslim yang menentang keadilan Allah. Ini karena anggota tubuhmu akan bersaksi tentangmu, matamu, tanganmu, semuanya akan bersaksi tentangmu. Jadi pada hari kiamat, orang-orang yang masuk neraka itu tidak akan menentang keadilan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Apa yang mereka katakan diakhirat nanti “Tolong berikan kami satu kesempatan lagi.” Dan Allah akan berfirman “Sudah terlambat.” Ada banyak kesempatan yang diberikan kepadamu di dunia, tapi kau hanya hidup satu kali saja didunia ini. Adapun saat kita didunia ini, seperti yang Allah firmankan dalam surat Mulk[67]:2 dunia ini adalah ujian untukmu di akhirat.



Dari, Syaikh Abdurrahman Al-Barrak (islamqa.info)

"Allah berfirman: "Aku telah menciptakan para hamba-Ku dalam fitrahnya yang lurus, lalu mereka tergoda oleh syetan sehingga menyimpang dari agama mereka. Maka Aku haramkan kepada mereka apa-apa yang Kuhalalkan kepada mereka. Lalu syetan memerintahkan mereka untuk menyekutukan diri-Ku dengan sesuatu tanpa ilmu yang Ku-berikan kepadanya."

Arti setiap anak dilahirkan dalam fitrah Islam, artinya dilahirkan dalam kondisi siap, apabila pikirannya terbuka dan diperkenalkan Islam dan ajaran kepadanya, maka ia lebih mendahulukan Islam, memilih Islam untuk menjadi agamanya, yakni selama tidak ada hal yang menghalanginya, seperti hawa nafsu atau kefanatikan. Memperturutkan hawa nafsu dapat menyebabkan diri seseorang mengutamakan kebatilan demi mendapatkan jatah kedudukan dan harta. Sementara sikap fanatik dapat menggiringnya untuk bertaklid kepada nenek moyang dan orang-orang terpandang, meskipun mereka tidak mengikuti petunjuk. Allah berfirman:
"Keduanya berkata:"Ya Rabb kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi"" (Al-A'raaf : 23)

Allah juga berfirman menceritakan tentang para pengikut dari para penghuni Neraka:
"Dan mereka berkata:"Ya Rabb Kami, sesungguhnya kami telah menta'ati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar)." (Al-Ahzaab : 67)

Bilamana setiap anak dilahirkan dalam fitrah, maka dapat dimaklumi bahwa di antara mereka ada juga yang siap menerima hal yang sesuai dengan fitrahya bahwa lebih memperteguh fitrahnya, misalnya anak yang lahir dari dua orang tuanya yang muslim dan muslimah lalu hidup di lingkungan kaum muslimin. Namun ada di antara mereka yang akhirnya menjadi korban perubahan fitrah, seperti anak yang lahir dari dua orang tuanya yang kafir lalu hidup di lingkungan kafir, baik itu Nasrani (Kristen), Yahudi, Majusi atau kaum musyrikin.

Tidak diragukan lagi bahwa anak yang dilahirkan dalam Islam telah mendapatkan banyak sarana hidayah dan kebahagiaan yang tidak didapatkan oleh anak lain yang dilahirkan dan dibesarkan di masyarakat kafir. Memperoleh taufik untuk beriman dan mendapatkan kemudahan sarana hidayah adalah keutamaan Allah yang Dia berikan kepada siapa yang Dia kehendaki. 

Kemudian juga wajib diketahui bahwa siapa saja yang fitrahnya telah dirubah dari fitrah Islam, tidak akan disiksa karena dosa orang lain. Ia hanya disiksa bila telah sampai kepadanya dakwah Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam lalu ia menolaknya. Ia tidak menerimanya karena enggan atau takabbur, atau karena bersikap fanatik terhadap agama nenek moyang dan masyarakatnya. Karena hujjah telah ditegakkan kepadanya dengan adanya dakwah Rasul. Orang yang telah ditegakkan hujjah kerasulan kepadanya lalu ia masih tetap bertahan pada kekafirannya, maka ia berhak disiksa. Allah berfirman:
"dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul.." (Al-Israa : 15)


TONTON VIDEONYA, SUPAYA LEBIH JELAS:

7 komentar:


Top