Ikuti di Facebook
Mega Menu
Trending Now
Postingan lainnya...
Kategori
Abdul Somad
(1)
Amalan
(1)
AudioDakwah
(2)
Baru
(24)
Faedah Surat Al-Quran
(1)
Kandungan surat
(1)
Kisah Sahabat Rasulullah
(3)
Ma’rifatullah
(5)
Motivasi Islam
(1)
Muallaf
(2)
Nasihat
(2)
Quran Surah
(4)
Renungan Islam
(3)
Tafsir Quran
(1)
Zakir Naik
(15)
Terbaru
Lihat semua
© 2015-2021 Newspaper Blogger
Tes Iklan
Tes Iklan
Ads Single Post 4
Popular Post
Cahaya Islam »
Baru
,
Kisah Sahabat Rasulullah
»
Kisah sahabat Rasulullah | Sa'id bin Amir al-Jumahi (Seorang pemimpin yang membeli akhirat dengan dunia)
Kisah sahabat Rasulullah | Sa'id bin Amir al-Jumahi (Seorang pemimpin yang membeli akhirat dengan dunia)
Posted by Cahaya Islam on Sabtu, 13 Agustus 2016 |
Baru,
Kisah Sahabat Rasulullah
“Said bin Amir adalah seorang laki-laki yang telah membeli akhirat
dengan dunia dan amat memuliakan Allah dan Rasul-nya dari dunia dan akhirat”
(Sejarawan)
Sa’id bin Amir al-Jumahi
merupakan salah seorang pemuda dari ribuan orang yang tergerak hatinya untuk
keluar menuju daerah at-Tan’im, belakang kota Mekkah, atas permintaan para
pemimpin Quraisy untuk menyaksikan kematian Khubaib bin Adi, salah seorang
sahabat Muhammad setelah para sahabat menang dari kaum Quraisy.
Masa mudanya yang kaya raya ia
gunakan untuk memimpin, bahkan hampir setara dengan para pemimpin Quraisy
seperti Abu Sufyan bin Harb, Sofyan bin Umayyah, dan pemimpin lainnya.
Kesempatan itu diberikan
kepadanya untuk mengawasi para tawanan Quraisy dari para wanita, anak-anak, dan
para pemuda untuk dibunuh sebagai pembalasan atas Muhammad dan tebusan atas
kematian orang-orang Quraisy pada perang Badar.
Ketika kaum Quraisy dan para
tawanan sampai di tempat pembunuhan Khubaib, berdirilah Said bin Amir dengan
semangat lalu berjalan menuju tiang penyaliban Khubaib. Said mendengar suara
Khubaib yang tenang di tengah teriakan para wanita dan anak-anak. Khubaib
berkata, “Jika kalian mau, izinkanlah aku shalat dua rakaat sebelum
kematianku.”
Said pun menoleh kepadanya yang
sedang sholat khusyu menghadap kiblat. Ia juga melihatnya menghadap ke arah
para pemimpin Quraisy dan berkata, “Demi Allah, kalau kalian sekiranya
menyangka bahwa aku sholat karena takut akan kematian, sungguh aku akan
memperbanyak rakaat shalatku.”
Said melihat jelas kaumnya
memotong-motong badan khubaib yang masih hidup dan mereka berkata kepadanya,
“Sukakah engkau jika Muhammad menempati posisimu dan engkau selamat?”
Khubaib dengan cucuran darah di
sekujur tubuhnya berkata, “Demi Allah, aku tidak akan rela hidup dan selamat
untuk keluarga dan anak-anakku sedang Muhammad tertusuk oleh duri kecil.”
Maka mereka pun kembali
memotong-motong bagian tubuhnya dan berkata, “Bunuh dia ... Bunuh dia...!”
Kemudian Said melihat Khubaib
sedang menengadahkan matanya ke langit dan berkata , “Ya Allah, balaslah
perbuatan mereka dan binasakanlah mereka semua dan jangan engkau sisakan
seorang pun.”
Setelah itu, ia menghembuskan
napas terakhirnya dalam kondisi mengenaskan. Tak seorang pun dapat menghitung
berapa banyak tebasan pedang dan tusukan panah di sekujur tubuhnya.
Kemudian kaum Quraisy kembali ke
Mekkah dan mereka pun lupa dengan peristiwa sadis kematian Khubaib. Akan
tetapi, pemuda belia, Said bin Amir al-Jumahi, tidak dapat melupakan kejadian
tragis yang menimpa Khubaib itu. Peristiwa itu selalu muncul dalam
mimpi-mimpinya, terbayang dalam lamunannya, bahkan seolah-olah ia melihat di
depannya Khubaib sedang sholat dua rakaat dengan khusyu dan tenang di depan
tiang salib. Getaran suara Khubaib selalu tergiang di telinganya yang mendoakan
kejelekan bagi kaum Quraisy, sehingga ia merasa amat takut teriakan suara dari
langit.
Kematian Khubaib sangat
memberikan pelajaran berharga bagi Said, pelajaran yang tidak pernah ia terima
sebelumnya. Khubaib telah mengajarkannya bahwa kehidupan sejati adalah akidah
dan jihad di jalan akidah itu hingga ajal menjemput nyawa. Selain itu, ia juga
telah mengajarkan bagaimana seseorang begitu amat mencintai sahabatnya. Ia
adalah seorang Nabi pilihan Allah.
Ketika itu, Allah menurunkan
hidayah ke dalam hati Said bin Amir dengan Islam, kemudian ia berdiri di
kerumunan orang-orang dam mengumumkan kebebasannya dari berhala-berhala Quraisy
untuk memeluk Islam.
Ketika itu, Said bin Amir hijrah
ke Madinah dan menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu hidup
bersama. Ia pun ikut serta bersama beliau dalam Perang Khaibar dan peperangan
lainnya. Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat, ia pun
merelakannya. Dan pada masa khalifah Abu Bakar dan Umar pun ia masih ikut serta
dalam berbagai peperangan. Ia hidup seperti seorang mukmin yang telah membeli
akhiratnya dengan dunia, selalu mencari keridhaan Allah dalam setiap hembusan
napasnya.
Dua orang khalifah Rasul itu amat
mengenal kejujuran dan ketakwaan Said bin Amir. Mereka juga meminta nasihat dan
memperhatikan ucapanya.
Suatu hari, awal pemerintahan
Umar, Said menemuinya dan berkata, “Wahai Umar, aku berwasiat kepadamu agar
takut kepada Allah dalam urusan manusia dan janganlah engkau takut kepada
manusia pada urusan Allah. Janganlah ucapanmu menyalahi perbuatan. Ya Umar,
amanahlah terhadap setiap urusan orang yang Allah menjadikanmu sebagai Wali
(Pemimpin) dari kaum muslimin, dan cintailah mereka sebagaimana engkau
mencintai dirimu sendiri dan keluargamu, dan bencilah sebagaimana engkau
membenci diri dan keluargamu, dan bencilah sebagaimana engkau membenci untuk
dirimu dan keluargamu, dan bukakanlah setiap pintu kebaikan dan janganlah
engkau hiraukan ejekan orang lain.”
Umar berkata, “Siapa yang sanggup
melakukan semua itu. Ya Said?”
Said pun menjawabnya, “Lelaki
sepertimu akan sanggup melakukannya yang Allah jadikan wali atas semua urusan
umat Muhammad, yang tiada penghalang antaranya dengan Allah.”
Maka saat itu, Umar menawarkannya
untuk menjadi menterinya dengan berkata, “Ya Said, kami menjadikanmu pemimpin
atas penduduk Hims.”
Ia pun berkata, “Ya Umar, demi
Allah, janganlah engkau ciptakan fitnah untukku.”
Lalu Umar pun marah dan berkata, “Demi
Allah, engkau letakkan urusan ini di pundakku sedangkan engkau membiarkanku
sendirian memikulnya.”
Said membalas “Demi Allah, tidaklah aku
meninggalkanmu.”
Kemudian Umar mengangkatnya
menjadi pemimpin di Hims dan berkata, “Apakah aku harus memberimu harta?”
Said menjawab, “Untuk apa semua
itu, ya Amirul Mu’minin? Sungguh hakku di Baitul Mal lebih banyak daripada
kebutuhanku.”
Setelah itu, ia pun berangkat ke
Hims.
Tak lama kemudian, datanglah
beberapa orang tamu dari Hims menghadap Amirul Mu’minin berkata kepada mereka,
tuliskanlah nama-nama para fuqara di Hims agar aku penuhi kebutuhannya.”
Mereka pun menyerahkan nama-nama
itu. Salah satu di antaranya ada nama Said bin Amir.
Umar pun bertanya, “Siapa Said
bin Amir?”
Mereka menjawab, “Pemimpin kami.”
Umar lantas berkata, “Pemimpin
kalian seorang yang fakir dan miskin?”
Mereka menjawab, “Benar. Demi
Allah, sudah beberapa hari api tak mengepul rumahnya.”
Mendengar hal itu, Umar pun
menangis hingga air matanya membasahi jenggotnya. Kemudian ia pun mengambil
seribu dinar dan menaruhnya di dalam sebuah pundi dan berkata, “Sampaikan
salamku kepadanya dan katakan kepadanya, ‘Amirul Mu’minin memberikan harta ini
untukmu untuk memenuhi kebutuhanmu.”
Kemudian datanglah utusan tadi
menemui Said bin Amir dengan membawa pundi. Ia pun melihat isi pundi yang berisi
dinar itu. Said meletakan pundi itu jauh darinya dan berkata, “Inna lillahi wa inna ilaihi raaji’uun.”
Saat itu, seolah kesusahan
menimpanya, sehingga istrinya khawatir dan bertanya, “Apa yang terjadi, ya
Said? Apakah Amirul Mu’minin meninggal dunia?”
Said pun menjawab, “Bahkan lebih
besar daripada itu.”
Istrinya bertanya lagi, “Apa yang
lebih besar daripada itu?”
Ia menjawab, “Dunia telah
menggodaku, siap menghancurkan Akhiratku.”
Istrinya pun berkata, “Menjauhlah
darinya.”
Saat itu, istri Said tidak lagi
mengetahui perihal dinar itu sedikitpun. Kemudian Said berkata kepada istrinya,
“Apakah engkau akan menolongku?”
Istrinya menjawab, “Ya.”
Lalu ia mengambil dinar-dinar
tadi dan di letakan ke dalam beberapa buah pundi dan membagi-bagikannya kepada
kaum fuqara.
Tak lama kemudia, umar
mengunjungi syam untuk melihat suasana di sana. Ketika ia tiba di Hams, banyak
keluhan yang terdengar dari penduduknya, baik dari para pekerja maupun
permimpinnya, sebagaimana yang terjadi pada penduduk Kufah.
Ketika Umar tiba di sana dan para
penduduk menemuinya untuk mengucapkan salam, ia bertanya, “Bagaimana keadaan
pemimpin kalian?”
Maka mereka mengadukan perihalnya
dan menyebutkan empat di antara perbuatannya yang amat menakjubkan.
Umar berkata, “Aku pun
mengumpulkan mereka semua dan berdoa agar aku tidak su’uzhan kepadanya, padahal
aku amat percaya kepadanya.”
Tatkala semuanya telah berkumpul,
Umar bertanya, “Apa yang kalian keluhkan terhadap pemimpin kalian?”
Para penduduk pun menjawab, “ Ia
tidak pernah menemui kami kecuali telah siang hari.”
Aku bertanya kepada Said, “Apakah
benar yang mereka katakan, ya Said?”
Ia pun terdiam sejenak, kemudian
berkata, “Demi Allah, sebenarnya aku tak ingin mengatakannya. Tetapi karena itu
harus di katakan, baiklah. Keluargaku tidak mempunyai seorang pembantu,
sehingga setiap pagi aku membuat adonan roti untuk mereka, menungguinya hingga
matang dan membagikannya kepada mereka, kemudian aku berwudhu dan baru aku keluar
menemui manusia."
Mereka berkata, “ Ia tidak pernah
mau ditemui pada malam hari?”
Umar bertanya kepada Said, “Apakah
benar yang merekakatakan, ya Said?”
Said berkata, “Demi Allah,
sebenarnya aku juga tak ingin mengatakannya. Aku telah memberikan siangku untuk
mereka dan malamku aku jadikan untuk Allah.”
Umar bertanya lagi, “Apa lagi
yang kalian keluhkan atasnya?”
Mereka berkata lagi, “Setiap
bulan, ia tidak menemui kami satu hari?”
Umar berkata, “Apa lagi, ya Said?”
Said pun menjawab, “Aku tidak
mempunyai pembantu, ya Amirul Mu’minin, dan aku tidak mempunyai sehelai kain
pun kecuali yang aku kenakan ini, sehingga aku harus mencucinya setiap bulan
dan aku menungguinya hingga kering untuk dipakai kembali. Dan setelah itu, aku
keluar menemui mereka di sore hari.”
Umar bertanya lagi, “Apa lagi
yang kalian keluhkan atasnya?”
Mereka berkata, “Wajahnya selalu
murung dan sedih, sehingga membuat orang-orang keluar dari majelisnya.”
Umar bertanya, “Apa yang terjadi
pada dirimu, ya Said?”
Said berkata, “Dahulu, aku melihat kematian Khubaib
bin Adi dan waktu itu aku masih musyrik. Dan aku melihat kaum Quraisy
memotong-motong tubuhnya dan mereka berkata kepadanya ‘Relakah engkau jika
Muhammad bin Abdullah menempati posisimu ini?’ Khubaib menjawab, ‘Demi Allah,
aku tidak akan rela jika aku selamat untuk keluarga dan anak-anakku sedang
Muhammad di tusuk duri. ‘Demi Allah, aku selalu terbayang akan hari itu,
bagaimana jika aku tidak menolongnya, aku amat khawatir Allah tidak akan mengampuniku.
Itulah yang sedang menimpaku sampai saat ini.”
Umar pun berkata, “Mahasuci Allah
yang tidak membuatku su’uzhan kepadanya.”
Kemudian Umar memberikan seribu
dinar untuk memenuhi kebutuhannya. Ketika istri Said melihat hal itu, ia
berkata “Mahasuci Allah yang telah mencukupi kami dengan melayanimu. Belikanlah
kami kebutuhan rumah tangga dan carikanlah kami pembantu.”
Said berkata kepadanya, “Apakah
kami memiliki lebih baik daripada itu?”
Istrinya berkata, “Apa itu?”
Ia menjawab, “Kita meminjamkannya
kepada Allah dengan pinjaman yang baik.”
Istrinya pun berkata, “Ya, semoga
dibalas-Nya dengan yang lebih baik.”
Said pun tidak meninggalkan
majelisnya, sehingga ia meletakan dinar-dinar tadi ke dalam beberapa pundi dan
berkata kepada salah seorang keluarganya, “Pergi dan bawalah ini kepada janda
si fulang, anak yatim si fulan,orang miskin dari keluarga si fulan, dan orang
fakir dari keluarga si fulan.”
Allah telah ridha kepada Said bin
Amir Al-Jumahi. Ia merupakan satu di antara orang yang mendahulukan orang lain
daripada dirinya sendiri, meskipun dirinya juga di timpa kesusahan.
Top 7 Info Islam
-
Apakah Non-Muslim yang baik akan masuk neraka? Inilah Jawaban Dr Zakir Naik Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.. Se...
-
Apakah Non-Muslim Masuk Surga atau Neraka? Dr Zakir Naik Menjawab - Seorang penanya lelaki yang berprofesi sebagai praktisi medis ...
-
Bagaimanakah Nasib Manusia yang Lahir dalam Keluarga Non-Islam (Nonis) Dr Zakir Naik Answer - Ada seorang wanita yang tidak meng...
-
SYIAH MELAKNAT SAHABAT RASULLULAH DR ZAKIR NAIK MEMBELA, PARA SAHABAT RADHIALLAHU ‘ANHU Dr Zakir Naik mengatakan Silahkan laknat ...
-
Dr. Zakir Naik vs Pemuda ateis yang cerdas Konvensi di Dubai, sebuah acara paling bermanfaat yang dapat membuka pintu HIDAYAH kepada ...
-
Dr. Zakir Naik menjelaskan bahwa Al-Quran 100% Firman Tuhan, yang harus diyakini seluruh manusia di dunia Dr. Zakir Naik membuk...
-
Dr. Zakir Naik Menjawab Pertanyaan yang Sulit Dapatkah manusia menghancurkan seluruh dunia ini? Bukan oleh sang pencipta! - Dr. Za...
Tidak ada komentar: