Ikuti di Facebook
Mega Menu
Trending Now
Postingan lainnya...
Kategori
Abdul Somad
(1)
Amalan
(1)
AudioDakwah
(2)
Baru
(24)
Faedah Surat Al-Quran
(1)
Kandungan surat
(1)
Kisah Sahabat Rasulullah
(3)
Ma’rifatullah
(5)
Motivasi Islam
(1)
Muallaf
(2)
Nasihat
(2)
Quran Surah
(4)
Renungan Islam
(3)
Tafsir Quran
(1)
Zakir Naik
(15)
Terbaru
Lihat semua
© 2015-2021 Newspaper Blogger
Tes Iklan
Tes Iklan
Ads Single Post 4
Popular Post
Cahaya Islam »
Baru
,
Kisah Sahabat Rasulullah
»
Kisah Sahabat Anas ibnul Malik al-Anshari (Sang Pelayan Rasulullah)
Kisah Sahabat Anas ibnul Malik al-Anshari (Sang Pelayan Rasulullah)
Posted by Cahaya Islam on Kamis, 11 Agustus 2016 |
Baru,
Kisah Sahabat Rasulullah
“Ya Allah, anugrahkanlah kepadanya harta dan keturunan dan berkahilah
ia.”
(Doa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam. Untuk Anas ibnul Malik
al-Anshari)
Anas ibnul Malik
dibimbing ibunya, al-Ghumaishak, untuk mengucapkan dua kalimat syahadat pada
saat usianya masih muda dan hatinya tumbuh mencintai Nabi Allah, Muhammad bin
Abdullah – baginya shalawat dan salam yang utama dan suci.
Anas sangat antusias untuk mendengarkan sesuatu, maka tidak
heran, terkadang ia lebih suka mendengar daripada melihat. Anak kecil ini
sungguh sangat ingin menghabiskan umurnya bersama Nabinya di Mekkah atau
mengundang Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mulia ke Yatstrib agar ia
gembira melihatnya dan mengucapkan selamat jika ia bertemu dengannya.
Tak lama kemudian, beredar berita di kota Yatstrib yang
mulia lagi di berkahi bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan sahabat
beliau Abu Bakar ash-Shiddiq sedang dalam perjalanan menuju Yatstrib. Tampaklah
kegembiraan di setiap rumah dan terpancar di setiap hati. Setiap mata dan hati
selalu tertuju ke jalan Maimun yang akan dilewati Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Dan sahabat beliau, Abu bakar ash-Shiddiq menuju Yatstrib.
Setiap pagi, para pemuda mulai menyebarkan berita kedatangan
Nabi dengan semangat, “Muhammad telah datang ...”
Anas bersama anak-anak lainnya berusaha untuk menemui Nabi
tetapi ia tidak dapat melihat apa pun. Ia kembali dengan hati sedih dan pilu.
Pada suatu pagi yang berembun dan cerah, beberapa orang
warga Yatstrib bersorai “Muhammad dan sahabatnya hapir mendekati Madinnah. “
Saat itu, mata semua penduduk kembali tertuju ke jalan
Maimun yang akan dilewati Nabi pembawa hidayah dan kebajikan. Mereka saling
berlomba untuk membuat kumpulan-kumpulan yang juga terdiri dari beberapa pemuda
belia. Dari wajah dan hati mereka terpancar kegembiraan yang sangat. Dan di
antara mereka ada Anas ibnul Malik
al-Anshari.
Dan tibalah Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bersama sahabat
beliau, ash-Shiddiq di Yatstrib . mereka pun larut gembira dalam kerumunan para
laki-laki dan anak-anak, sedangkan para wanita menunggu di rumah mereka
masing-masing. Anak-anak kecil menaiki atap-atap rumah mereka. Para wanita
saling mencoba melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dari kejauhan,
seraya berkata, ‘Mana beliau? Mana beliau?”
Hari itu merupakan hari bersejarah bagi mereka. Anas ibnul
Malik pun senantiasa mengingat hari itu hingga akhir hayatnya pada usianya yang
keseratus tahun.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun senantiasa
tinggal di Madinah hingga pada suatu hari al-Ghumaishak binti Milhan, ibunya
Anas, bersama anaknya yang berkepang dua yang bergerak di antara saku bajunya,
menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia lantas mengucapkan salam kepada
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan berkata, “Ya Rasulullah, tiada seorang
laki-laki dan perempuan pun dari kaum Anshar kecuali ia telah memberimu hadiah,
Tetapi aku tidak memiliki sesuatu pun yang dapat kuberikan kepadamu kecuali
anakku ini. Ambillah ia dan mintalah ia untuk berkhidmat (melayani) kepadamu
sesukamu.”
Nabi pun sangat gembira melihat anak itu. Beliau mengusap
kepalanya, meraba rambutnya yang berkepang dua, kemudian menjadikannya bagian
dari keluarga beliau.
Pada hari itu, pada usia sepuluh tahun, Anas ibnul Malik atau Unais – panggilan akrabnya – mulai berkhidmad
kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. ia senantiasa hidup dalam lindungan
Nabi, hingga akhirnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Menemui Rabbnya. Ia telah
menemani nabi selama sepuluh tahun. Ia pun telah minum untuk awal kalinya dari
pemberian Nabi yang membersihkan jiwanya, menerima dan menghafal beberapa
hadist dari beliau, mengetahui dengan cermat keadaan, kabar, rahasia, dan
akhlak Nabi yang tiada seorang pun mengetahuinya melainkan Anas ibnul Malik.
Anas ibnul Malik
telah merasakan bagaimana mulianya muamalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Yang tidak pernah dirasakan sekali pun oleh seorang anak dari orang tuanya. Ia menikmati
bagaimana mulianya budi pekerti Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam. Anas mengungkapkan sebagai gambaran gamblang mengenai
muamalah yang mulia ini yang ia temukan pada keramahan Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam yang lemah lembut. Anas lah yang lebih tau pasti mengenai hal itu. Anas ibnul Malik berkata, “Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam. Adalah orang yang paling mulia akhlaknya, paling lapang
dadanya, dan paling luas kasih sayangnya.
Suatu hari, aku diutus oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
untuk suatu keperluan. Lalu aku pun berangkat. Di tengah jalan, aku menemui anak-anak
yang sedang bermain. Dan aku pun ikut bergabung bermain bersama mereka dan aku
tidak jadi pergi memenuhi suruhannya. Ketika aku sedang asyik bermain, tanpa
sadar, aku merasakan ada seseorang berdiri memperhatikan di belakangku dan
memegang pundakku. Aku menoleh ke belakang dan melihat Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam. Tersenyum kepadaku lantas berkata, ‘Ya Unais, apakah engkau
telah mengerjakan perintahku?’ akupun bingung dan berkata, ‘Ya, aku akan pergi
sekarang, ya Rasulullah!’ Demi Allah, aku telah melayani beliau selama puluhan
tahun dan beliau tidak berkata kepadaku, ‘Mengapa kau kerjakan ini? Mengapa kau
tidak mengejakannya?’”
Apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Memanggil
Anas, beliau memanggilnya dengan panggilan, “Ya Unais,” dan terkadang dengan
panggilan, “Wahai anak tersayang,” sebagai ungkapan kasih sayang dan lebih
memanjakannya. Anas merupakan orang yang paling “kenyang” dengan nasihat dan
pengajaran Nabi. Semua itu amat menyentuh di hati nuraninya.
Suatu hari, Nabi pernah berkata kepadanya, “Ya Bunayya, (wahai anakku tersayang) jika engkau masih
ditakdirkan melihat pagi dan sore hari dan tidak pernah terbesit sedikit pun di
hatimu untuk melakukan penipuan, maka lakukan hal itu. Barangsiapa yang
mencintaiku, maka ia akan bersamaku di surga. Wahai anakku, jika engkau menemui
keluarga-mu (ibu-bapakmu), ucapkanlah salam, maka akan datang keberkahan di
hatimu dan di hati keluargamu.”
Setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat, anas hidup
lebih kurang selama delapan puluh tahun kemudian. Pada masa itu, ia sibuk
mengisi kalbunya dengan ilmu-ilmu Rasulullah yang mulua dan memuaskan akalnya
dengan fiqih kenabian. Ia menghidupkan hati para sahabat Nabi dengan menghiasi
pendengaran mereka. Anas telah menghibahkan umurnya yang panjang itu untuk kaum
muslimin. Mereka pun mengadukan setiap persoalan dan mengonsultasikan setiap
ketidaktahuan mengenai pemahaman hukum kepadanya.
Sebagai agamawan mulai membicarakan adanya haud (telaga)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di Akhirat kelak. Mereka menanyakan hal itu
kepadanya, dan ia menjawab, “Aku tidak menyangka akan hidup sehingga melihat
kalian mempertanyakan tentang al-haud. Sungguh, aku telah meninggalkan di
belakangku para wanita tua yang tiada seorang pun shalat kecuali dia memohon
kepada Allah agar memberinya minum dari haud (telaga) Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam..”
Sepanjang hidupnya, Anas senantiasa mengingat kenangannya
bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.. Ia merasa sangat sedih ketika Nabi
wafat. Air matanya berlinang dan lidahnya terbata-bata dan gugup untuk
berbicara.
Ia sangat antusias untuk mengikuti setiap ucapan dan
perbuatan Nabi. Mencintai apa yang beliau cintai. Membenci apa yang beliau
benci. Dan dua hari yang sangat berkesan baginya adalah ia berpisah dengannya
untuk selamanya.
Jika ia teringat hari
pertamanya bertemu Nabi, ia tersenyum dan gembira, namun ketika teringan hari
ketika Nabi wafat, ia menjadi sedih, menangis dan orang-orang yang berada di
sekelilingnya pun ikut menangis.
Ucapannya yang sering terlontar dari bibirnya adalah, “Sungguh
aku sangat ingat ketika pertama kali bertemu beliau dan ketika beliau
meninggalkan kami untuk selamanya dan aku tidak melihat ada hari-hari yang
lebih berkesan dari kedua hari itu.
Ketika pertama kali Nabi masuk Madinah, teranglah setiap
penjurunya. Dan ketika beliau hendak menemui Rabbnya, gelaplah setiap penjuru.
Aku terakhir kali melihat beliau adalah hari Senin ketika
terbukanya pintu kamar beliau dan aku melihat wajah beliau seolah-olah seperti
kertas mushaf. Kaum muslimin ketika itu berdiri di belakang Abu Bakar melihat
beliau. Mereka amat cemas dan khawatir. Abu Bakar pun menyarankan mereka agar
tenang.
Dan pada hari itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
wafat, tiada pemandangan yang lebih menakkjubkan kami selain wajah Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam ketika kami menguburnya.”
Ketika Nabi masih hidup, beliau sering mendoakan Anas ibnul Malik. Salah satu doa beliau
adalah, “Ya Allah, anugrahkanlah
kepadanya harta dan keturunan dan berkahilah ia.”
Dan Allah mengabukan doa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam itu. Anas menjadi orang Ansar yang paling kaya dan paling banyak
keturunannya yang hampir mencapai seratus orang. Allah pun memberkahi kehidupannya,
sehingga ia bisa hidup selama satu abad lebih tiga tahun.
Anas r.a. merupakan orang yang sangat antusuas dengan
syafaat Rasulullah pada hari kiamat, sehingga ia sering berkata, “Sungguh aku
sangat ingin bertemu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada hari kiamat
kelak dan mengatakan kepadanya, ‘Ya Rasulullah, ini adalah pelayan kecilmu,
Unais.’”
Tatkala Anas sedang sakit menjelang ajalnya, ia berkata
kepada keluarganya, “Talqinlah (Pandulah lidahku) mengucapkan Laa ilaaha
illallah Muhammadur-Rasulullah.” Ia juga
berwasiat kepada keluarganya untuk menguburkannya bersama tongkat kecil
pemberian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan tongkat itu diletakkan
di antara sisinya dengan bajunya.
Ketenagan bagi Anas terhadap segala kebaikan yang
Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berikan kepadanya. Ia telah hidup
dalam lindungan dan asuhan Nabi selama sepuluh tahun penuh. Ia merupakan perawi hadist Nabi selain Abu
Hurairah dan Abdullah bin Umar. Semoga Allah seantiasa membalas kebaikannya dan
kebaikan ibunya, Al Humayshak, terhadap Islam dan kaum Muslimin dengan balasan
yang lebih baik. Aamiin yaa Allah yaa rabbal 'alamin.
Top 7 Info Islam
-
Apakah Non-Muslim yang baik akan masuk neraka? Inilah Jawaban Dr Zakir Naik Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.. Se...
-
Apakah Non-Muslim Masuk Surga atau Neraka? Dr Zakir Naik Menjawab - Seorang penanya lelaki yang berprofesi sebagai praktisi medis ...
-
Bagaimanakah Nasib Manusia yang Lahir dalam Keluarga Non-Islam (Nonis) Dr Zakir Naik Answer - Ada seorang wanita yang tidak meng...
-
SYIAH MELAKNAT SAHABAT RASULLULAH DR ZAKIR NAIK MEMBELA, PARA SAHABAT RADHIALLAHU ‘ANHU Dr Zakir Naik mengatakan Silahkan laknat ...
-
Dr. Zakir Naik vs Pemuda ateis yang cerdas Konvensi di Dubai, sebuah acara paling bermanfaat yang dapat membuka pintu HIDAYAH kepada ...
-
Dr. Zakir Naik menjelaskan bahwa Al-Quran 100% Firman Tuhan, yang harus diyakini seluruh manusia di dunia Dr. Zakir Naik membuk...
-
Dr. Zakir Naik Menjawab Pertanyaan yang Sulit Dapatkah manusia menghancurkan seluruh dunia ini? Bukan oleh sang pencipta! - Dr. Za...
Tidak ada komentar: